Presiden Diminta Atasi Banyak Pangkat Jenderal Di Polri Yang Membeludak - PORTAL BERITA INDONESIA

Home Top Ad

PBI.COM

Rabu, 25 Desember 2019

Presiden Diminta Atasi Banyak Pangkat Jenderal Di Polri Yang Membeludak

PBI.COM Jakarta - Ketua Presidium Indonsia Police Watch (IPW) Neta S Pane meminta PresidenJokowi mendorong Kapolri Idham Azis segera mengarahkan kepolisian Indonesia menuju Polri 4.0.

Dengan Polri 4.0 maka Polri tidak asyik sendiri melebarkan organisasinya dengan euforia penambahan jenderal di sana-sini, sampai jumlah jenderal Polri membludak seperti sekarang ini.

"Kami menilai, sangat ironis jika Presiden akan menghapus sejumlah eselon di departemen, sementara Polri asyik melebarkan organisasinya.

"Seperti menjadikan Brimob dan Humas dipimpin jenderal bintang tiga dan penambahan Kapolresta dipimpin Kombes," kata Neta, kepada Warta Kota, Minggu (22/12/2019).

Di era milenial sekarang ini kata Neta, Polriperlu segera menata organisasi dan personilnya, dengan mengedepankan IT.

Sehingga secara bertahap kepolisian menuju Polri 4.0.

"Saat ini konsep lama Polri sudah sangat ketinggalan zaman dan menjadi beban berkepanjangan bagi organisasi.

"Rasio 1:750 milik Polri yang mengacu pada rasio PBB sudah tidak rasional lagi," katanya.

Sebab kata Neta, negara negara maju dan modern tidak lagi memakai rasio tersebut Justru jumlah polisi dikurangi secara signifikan dan kekurangan personil ditutupi dengan IT, sehingga cctv menjadi mata kepolisian dimana mana.

"Dengan CCTV dimana mana, polisi modern bisa bereaksi cepat dan 15 menit tiba di TKP.

"Teknologi menjadi andalan kepolisian dalam melindungi masyarakat," katanya.

Dengan berkembangnya konsep Polisi 4.0, tambah Neta, maka kepolisian di negara negara maju tidak lagi menggeber rekruitmen polisi secara besar besaran.

"Tapi rekrutmen secara terbatas. Sementara Polri setiap tahunnya merekrut 9.500 anggota baru, yang 300 di antaranya untuk Akpol.

"Akibatnya, terjadi penumpukan personil kepolisian. Jumlah Kombes yang menganggur kian banyak.

"Belum lagi jumlah AKBP yg menganggur lebih dari tiga kali lipat," katanya.

Akibat hal ini saat lengser sebagai Kapolri, kata Neta, Tito Karnavian meminta maaf akibat banyaknya jumlah Kombes menganggur saat ini.

"Semua itu terjadi akibat Polri belum mengubah konsepnya sebagai polisi modern.

"Kata kata modern hanya dijadikan retorika dan belum dilaksanakan secara benar dan serius," katanya.

Menurut Neta, kesadaran untuk mengembangkan Polri 4.0 belum tercipta.

Akibatnya, organisasi Polri kian tambun dan sulit bergerak serta tidak lincah dalam melindungi masyarakat.

"Dalam kondisi ini, jalan pintas pun diambil para elit Polri.

"Banyaknya jumlah Kombes disikapi dengan penambahan sejumlah struktur baru, dengan pangkat Brigjen, Irjen hingga Komjen.

"Selain itu, para jenderal Polri didorong bertugas ke luar institusi kepolisian," katanya.

Sehingga menurut Neta, jenderal polisi kian banyak dan ada dimana mana.

"Indonesia pun seakan menjadi negara polisi. Di sisi lain anggaran Polri yang terus bertambah setiap tahun tersedot untuk tunjangan dan fasilitas para jenderal yang terus bertambah jumlahnya," kata dia.

Situasi buruk di Polri ini, katanya harus disudahi.

Reformasi Polri harus dikembalikan kekhittahnya agar melahirkan Polri yang efisien, efektif, profesional, modern, dan terpercaya.

"Bukan Reformasi Polri yang melahirkanjenderal dimana mana," katanya.

Sebab itu kata Neta, Presiden Jokowisebagai Panglima Tertinggi Polri harus segera mendorong Kapolri Idham Azis melahirkan Polri 4.0.

Selain itu untuk menyikapi kelebihan Kombes dan AKBP, penerimaan Akpol perlu dimoratorium dua atau tiga tahun ke depan.

Lalu ditawarkan pensiun dini kepada para Kombes yang sudah "mentok".

"Setelah itu organisasi Polri dirampingkan dan kinerja kepolisian ditata ulang menuju polisi yang efisien, efektif, Profesional, Modern dan Terpercaya, dengan IT dan cctv dimana mana sebagai pengganti polisi manusia," katanya.

Sebab, menurut Neta, makin banyaknya polisi manusia di lapangan maka persoalan bukannya cepat selesai tapi makin banyak persoalan baru dan rumit.

"Yang akhirnya membuat konsep profesional, modern dan terpercaya Polridiragukan banyak pihak," kata dia.

Untuk itu di tahun 2020, Neta berharap,Polri perlu serius menata organisasinya, mengevaluasi SDM dan alutsistanya untuk kemudian dibuat grand desain menuju polisi modern yang Polri 4.0.

"Sehingga Polri Promoter benar adanya dan bukan sekadar Promoter yang diplesetkan menjadi Promosi Orang orang Tertentu," kata Neta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar