seorang peneliti dari UI bernama Djaja Surya Atmaja mencoba meneliti jenglot. Dalam kesempatan tersebut, Djaja menemukan karakteristik kulit jenglot yang memiliki kesamaan dengan kulit manusia.
Namun Dia belum bisa memastikan bahwa figure kecil tersebut adalah manusia. Pasalnya, bisa saja contoh jenglot yang digunakan untuk penelitian sudah terkontaminasi atau pernah diolesi darah manusia sebelumnya.
Setelah pengecek DNA, peneliti juga melakukan rontgen. Penelitian tersebut dilakukan langsung oleh Budi Sampurna DSF bagian forensic RSCM.
Penelitian tersebut juga disaksikan oleh puluhan wartawan, paramedic dan mahasiswa praktik. Dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa struktur tubuh jenglot hanya berupa penyangga kepala hingga badan, dan artinya jenglot tidak memiliki tulang.
Dan lagi, meksi jenglot dikenal memiliki kuku panjang, ternyata jenglot tidak memiliki jaringan kuku. Walhasil, hasil penelitian tersebut tentu saja membantah anggapan bahwa jenglot merupakan jelmaan manusia, karena jenglot tidak memiliki struktur tulang seperti manusia pada umumnya.
Makin hebohnya kabar tentang jenglot di kalangan masyarakat ternyata memunculkan ide untuk membuat jenglot palsu. Orang-orang kreatif memanfaatkan kepala monyet, ekor kuda hingga kulit tupai untuk dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai jenglot.
Hal itu tentu saja tak terlepas dari bisnis. Boneka jenglot tersebut nantinya dijual belikan dengan harga yang tentu saja tidak murah. Namun, menurut beberapa orang, jenglot yang asli tidak bisa diperjualbelikan.
Meski telah dilakukan penelitian, sepertinya fakta mengenai jenglot belum bisa dikupas tuntas. Keberadaannya masih mistis dan tak terlepas dari mitos-mitos yang berbau gaib.
Tak heran jika hingga saat ini masyarakat masih tetap percaya jika jenglot bisa membuat orang jadi lebih kaya jika diberikan darah untuk makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar